Selasa, 17 September 2024

Berbagi Supaya Terus Kebagian

Setelah lama vakum dan kehilangan selera untuk menulis, syukurlah hari ini saya kembali menemukan alasan untuk kembali menulis, atau lebih tepatnya, berbagi. Semoga yang membaca menerima, ini bukan sekedar laporan kegiatan, tapi curhat terselubung. Persis 10 hari yang lalu, saya membaca flyer tentang pelatihan pewarta yang diselenggarakan oleh kelompok kategorial Persekutuan Doa Karismatik Katolik dalam Dekenat Jayapura, Keuskupan Jayapura. Kegiatan pelatihan ini bertajuk besar "Pewarta Yang Memberkati", dan tajuk kecilnya "Sukacita Injil Memenuhi Hati dan Hidup Semua Orang". Saat mendaftar saya tidak berharap banyak bisa mengikutinya karena memiliki jadwal untuk pergi mengumpulkan data penelitian di luar kota Jayapura pada saat yang sama. Tapi akhirnya saya bisa mengikutinya dan membawa banyak pelajaran, kesan dan bekal tak ternilai harganya.

Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari di kompleks Rumah Retret Maranatha, Waena yang dikelola oleh Kongregasi Suster-suster Dina Santo Yoseph. Di depan peserta yang berasal dari 7 Paroki, dari Paroki Katedral Kristus Raja di ujung Teluk Humboldt sampai ke Paroki Kristus Sang Penebus Sentani di kaki Gunung Cyclops, dengan total peserta 60 orang didukung 10 orang panitia - bro and sist penuh semangat dari PDKK, Ibu Katarina Noviyanti Sugita memberikan materi-materi lengkap beserta praktek pewartaan. Metode dan gaya pelatihan yang penuh semangat dari Koordinator Sie Pewartaan BPN PKKI ini mampu membius, membangkitkan semangat, antusiasme dan segala bakat terpendam dari para peserta yang berasal dari beragam kelas usia dan latar belakang. Penjelasan-penjelasan lugas, alasan-alasan, makna-makna tersembunyi dari Sang Firman dan dari Kitab Suci beserta dukungan pilar gereja lainnya, dari Tradisi Suci dan Magisterium yang selama ini belum pernah menjadi perhatian saya, akhirnya menyentuh pemikiran saya.

Banyak bunyi klik di dalam kepala saya saat menemukan banyak potongan puzzle tanda tanya yang selama ini gentayangan dalam kegelisahan saya mulai mencari sambungannya.

Berbeda dengan acara pelatihan biasa yang memungkinkan peserta mendapat materi yang sudah berupa konsep tercetak, atau file slide yang bisa dibaca berkali-kali, pelatihan ini benar-benar melatih peserta untuk berkonsentrasi penuh untuk MENDENGAR dan MENULIS sendiri.

Perlahan saya mengerti, bahwa itu langkah dasar belajar mewartakan suatu pesan penting, bahwa si pembawa pesan mesti menggunakan indra pendengarannya sebaik-baiknya, memprosesnya dalam pemikiran dan hatinya, lalu menuliskannya dengan tepat, menjadi bahan yang dapat dimengerti oleh para penerima pesan. Pesan tertulis itu menjadi bukti bahwa meskipun nantinya akan disampaikan secara lisan, diri si pewarta lebih dahulu mengalami pesan itu bekerja dan mengubahkan seluruh hati dan pemikirannya dahulu sebelum, membuatnya menjadi saksi hidup, sebelum mengajak semua pihak yang mendengarkan pesan yang disampaikannya mengerti pesannya dan mengalaminya sendiri. Dan juga bukti, bahwa proses serumit itu memang bukan melulu kerja otak dan hati, tapi benar-benar digerakkan karena niat suci, Roh Kudus sendiri yang bekerja.

Banyak yang saya khawatirkan awalnya, bahwa apa yang diterima akan berakhir di dalam buku atau kertas catatan ternyata tidak beralasan. Karena pelatihan ini juga mengingatkan, pewartaan yang mengubah diri sendiri itu lebih dahulu terjadi, dan itu akan membawa pewartaan di luar diri sendiri berjalan dengan sendirinya ke depan.

Dalam bahasa resmi ibu pemateri, pelatihan ini memang bertujuan mengubahkan yang datang untuk menjadi pewarta awam lokal yang informatif dan aplikatif sehingga transformatif. Dan tujuan itu barulah bisa tercapai setelah peserta melalui banyak proses, memaksa menembus sekat-sekat pemikiran dan kecemasan diri sendiri, segala ketakutan untuk merasa tidak mampu, tidak pantas dan tidak berani berbagi apa yang ada. Saya melihat dalam pelatihan ini, semua dipaksa meninggalkan ke-aku-an diri sendiri yang serba kekurangan ini, untuk memberi kesempatan Roh Kudus sendiri mengasah kepekaan dan keberanian untuk mewartakan Kristus, Sang Firman Sejati, dengan cara-Nya.

Seluruh rangkaian acara ini bahkan diakhiri dengan Adorasi Sakramen Maha Kudus, dipimpin oleh pastor. Langkah pengutusan yang sangat menyentuh, memohon kekuatan Roh Kudus agar memiliki hati penuh doa dan syukur untuk menyembah dan mewartakan Tuhan yang sejati dalam pribadi Yesus Kristus yang benar-benar hadir dalam Hosti.

Hal-hal yang tidak saya pahami awalnya saat mulai mendaftar sampai pada acara selesai akhirnya bisa tersingkap. Semua yang datang mungkin awalnya merasa tidak punya apa-apa untuk dibagikan, tetapi setelah disadarkan kembali semua sesungguhnya sudah diutus, pasti diperlengkapi dan diberikan dengan berlimpah-limpah, tidak mungkin ditanggung sendiri, harus selalu dibagikan. Seperti sebuah bejana yang fungsinya menampung air bersih, pasti harus sering dialirkan untuk menyuburkan tanah atau dipakai untuk menyegarkan orang yang meminumnya, lalu mendapat kesempatan baru untuk diisi kembali, pasti akan membuatnya lebih berguna daripada hanya dibiarkan mengendap dan berlumut. Terus berbagi, agar bisa selalu ada kesempatan kebagian lagi….

Tidak ada komentar: