Banyak berkat kecil sering tidak tampak, meski selalu muncul telanjang di hadapan mata kita.
Seorang kenalan pernah mengeluh tentang berkatnya yang berbeda dengan orang lain, seorang lagi malah sempat memusuhi orang lain yang disangkanya selalu beruntung ketimbang dirinya, sementara yang lainnya sampai mengajak teman-temannya membenci dan selalu memanfaatkan segala kesempatan untuk memojokkan orang lain yang dianggapnya selalu lebih diberkati.
Menghitung berkat orang, sementara (pura-pura) tak mengingat berkat sendiri, mungkin sudah menjadi tabiat sebagian orang. Mengharapkan berkat-berkat besar, menyia-nyiakan yang kecil dan tampak sederhana, pada akhirnya hanya "menjaga" kedengkian dan kekecewaan dalam diri.
Cukup makan dalam sehari, berpakaian bersih, mampu beristirahat yang cukup tanpa dikejar hutang-piutang, selalu terbangun dengan cahaya matahari dan hembusan angin lembut, seharusnya sudah lebih dari cukup mengingatkan kita untuk selalu menghitung berkat-berkat kita.
Selalu ada hutan lebat dalam halaman hidup kita, ketimbang rumput yang hijau di halaman tetangga atau orang lain di sekitar kita.
Bayangan hanya akan tampak jelas berkilauan,
pada air yang jernih meskipun dasarnya berlumpur.
belajar melihat diri sendiri pada orang lain,
menggenggam kebenaran saat disudutkan dan nurani bertempur....
TUHANKU, sampai kapan kumampu bertahan...?