Jumat, 30 Juli 2010

Berkemas-satu

Kejadian lagi,
tidak beda jauh sama yang awal
berantakan semua
bingung mau mulai dari mana

Berkemas-kemas

hampir 20 bulan
hiks hiks hiks....
sampai juga di sini
huhuhu

Berkemas-kemas

pikiran n perasaan bener-bener belum siap
tidak rela, tidak iklas,
panik, bisa pada beres atau? apa lagi yang kurang???
gimana nanti nih, kalo misalnya???
wuahhhh


















Kok, malah kerasa berat ya....

Kamis, 15 Juli 2010

Belajar Lagi

Saya rasa kita bisa sepakat dan sering tidak habis mengerti, bahwa Tuhan bisa menyentuh mata batin kita melalui hal-hal yang sangat bersahaja.

Tidak sengaja, beberapa hari lalu saya membaca isi blog seorang anak perempuan belia. Dia menuliskan cerita keseharian yang sangat biasa, tapi artinya sungguh luar biasa. Terlepas dari pengaruh ibu atau keluarganya yang membuat dia menganggap cerita itu berarti untuk diabadikan dalam sebuah postingan, pesan-pesan yang tersirat di dalam tulisan-tulisan itu ternyata lebih dari mampu membuka mata pikiran saya lebar-lebar.

Postingan pertama yang saya baca adalah tentang makna lingkaran tahun yang mengelilingi sepasang mata kayu, di tunggak bekas pohon yang sudah diubah-fungsikan menjadi kursi di taman. Ibu sang penulis menjelaskan, lingkaran-lingkaran berbeda ketebalan itu melukiskan perjuangan sang pohon yang semasa hidupnya berusaha melewati musim semi penuh berkat dan musim dingin yang berat untuk tetap tumbuh dan berkembang. Entah mengerti atau tidak, sang penulis menambahkan bahwa dari lingkaran-lingkaran itu kita bisa belajar tentang passion, daring and destiny. Lugas sekali, tapi lebih dari cukup untuk membuat mata ini seketika berkaca-kaca.

Setiap hari selalu ada beberapa tunggak kayu mati yang harus saya lewati sebelum keluar dari halaman rumah, tapi belum pernah saya belajar hal kontemplatif seperti ini dari tunggak-tunggak itu.
Hanya dengan ada di sana, tampaknya mereka ingin berkata, melalui segala masa, topan-badai, panas-terik dan hujan-berpelangi, susah dan senang, berat dan ringan, mungkin kadang sekarat dan tersendat-sendat, semua terlewati, dan mereka tetap ada di sana.

Awalnya mungkin hanya semai tak berarti, dilompati dan diabaikan orang lewat, digerogoti serangga-serangga yang singgah, dihinggapi burung-burung yang lelah, tumbuh membesar dan menguat, digelayuti dedaunan, bunga dan buah, rontok, lalu bersemi lagi.
Setiap saat hanya menerima, merasakan dan berusaha berbagi apa yang dimiliki.

Kalaupun akhirnya semua berakhir, tinggal tunggak dan lingkaran-lingkaran pohon bisu, mereka masih saja ada di sana, mengingatkan yang lewat, bahwa mereka masih pohon yang sama, meski sudah berubah bentuk dan menyelesaikan tugas di bumi ini.

Hanya dengan ada di sana, lugu sekali, mereka menghidupkan kembali semangat saya, memberanikan diri untuk bercermin dalam setiap titik air mata dan gelak tawa, berjalan menempuh takdir, dalam pelukan Sang Pencipta.















Terima kasih untuk seorang Aisha Nindya Kirana,
sudah membuat mata ini terbuka kembali
menemani belajar menemukan jalan
kembali pulang ke sang hati
dan Sang Hati.

Selasa, 06 Juli 2010

Bertahan

Pernahkah kita menginginkan sesuatu, lalu mengungkapkannya, memintanya, dan setelah mendapatkannya lantas jadi menyesal dan memikirkannya kembali? Pasti pernah, mungkin sering, atau bahkan selalu, namanya juga manusia, paling berhak mencari pembenaran atas keadaan seperti apapun.

Ada satu impian yang suka berganti rupa ketika jadi kenyataan saat-saat terakhir ini. Impian untuk menjadikan hati ini tak berisi hal lain kecuali cinta dan perasaan membahagiakan orang lain. Kelihatannya ada yang keliru, karena ternyata ada hal lain yang ikutan nyelip di dalamnya, rasa mati...!!!...trus mati rasa...???
Mati karena bosan dan mati karena kangen. Dua-duanya berefek sama, berasa meledakkan nafsu lewat ubun-ubun, kalau tidak lantas berceceran di mana-mana, yaaa bikin banyak organ tubuh gelisah berdenyut-denyut.

Lanjutannya adalah memilih, tetap menumbuhkan sayap lembut cerah di belahan punggung dan halo di sekeliling kepala, atau justru memunculkan ekor panjang di ujung tunggingan dan sepasang tanduk kaku di puncak kepala.
Pilihan untuk tetap berjalan terus dengan sang impian, berusaha me-rechargenya dengan perhatian, cinta dan perasaan dari sumber yang tepat, ketimbang memberinya tenaga dari sumber yang lain, jadi pergulatan hebat untuk tetap bertahan.
Mempertahankan kewarasan, menjaga hati dan memelihara hidup. Kita sendiri, dan orang lain. Tetap setia.
Meski, duhaiiii...betapa sulitnya.

Jadi ingat hasil refleksi BeNing, si embun pagi, sesama blogger,

Mungkin akan ada banyak cinta
yang bisa kau temukan di luar sana,
tapi pilihlah cinta yang membuatmu hidup.
Bukan yang membuat mati.


Mudah-mudahan kita tetap bisa bertahan, tidak pernah sampai pada satu titik, yang mempertanyakan, “apakah perasaanku membuatmu merasa ingin mati?”














For today and also for An-other Star,
Just realize, honestly I can feel it now,
its really hard to stand as “Only Talk…”
when we try to “Never Think…”about one another
while anytime always “Keep Ask..” for each other

undeniably dying

Kisah Kita

Bernafas, namun tak berasa hidup. Berjiwa, namun berasa tak bernyawa. Menjalani hari hanya menghitung tiap menit, berusaha melupakan bahwa...