Ada suatu ruang gelap dalam benakku,
penuh pecahan kristal bening prisma mungil
rapat beterbangan, padat bersentuhan
tampak rapuh, tajam saling menusuk
namun kokoh menjalin erat
Setiap kali ada cahaya memaksa masuk
Menyorot di dinginnya subuh, lembutnya fajar,
terik tengah hari,
kehangatan petang dan sejuknya malam,
nuansa apapun itu
melewati tingkap-tingkap mungil di sekujur raut,
sepasang depan, sepasang samping, dan yang sendirian…
Serentak, selalu saja ada rona lain terpantul
saat sang cahaya berusaha menembus sisi ruang gelap itu,
kemarin ungu, hari ini mungkin sekejap merah,
kapan hari lagi jingga, atau kerap kuning menyilaukan,
besok hijau, lantas biru sampai lembayung,
terus saja hingga berwarna-warni,
semakin kuat berpendar,
tak usai saling memancarkan kilauan bianglala.
Dan kusadari,
benakku tak lagi mengenal kekelaman,
hitam hanya satu latar pelengkap
untuk menerangkan indahnya tebaran pelangi.
I N D A H….sungguh.
Untuk seseorang
yang teramat-sangat memperhatikanku,
jauh lebih dari diriku sendiri,
Terima kasih tak terhingga
untuk setiap jejak penuh pelangi
yang selalu kau ciptakan,
melebihi jalanmu sendiri.
Takkan pernah berhenti kukagumi,
betapa banyak waktu,
yang entah sadar ataupun tidak,
selalu kau habiskan untukku.
Ku tau hanya Tuhan yang mampu
membalas kasihmu yang sebesar itu
(lega, sedikit geli, teringat sorakan sepasang cahaya, “….koprol…..koprol..…koprol……trus…?” ^___*)