Jumat, 19 Agustus 2022

Kisah Kita

Bernafas, namun tak berasa hidup. Berjiwa, namun berasa tak bernyawa.
Menjalani hari hanya menghitung tiap menit, berusaha melupakan bahwa waktu selalu menjalin rapat dan meninggalkanmu tanpa ampun.
Berbulan, lebih dari tujuh purnama, yang dimampukan adalah berbicara tanpa suara, melihat tanpa bisa berkata, melengkungkan senyum di kaku wajah bertopeng, menyimpan sesak di dada dan sepenuh kepala.
Menghadapimu, memunggungi kenyataan bahwa membisu jauh lebih bermakna, menolak kebenaran bahwa memilikimu adalah semu.
Mengenalmu lebih dari tiga perempat umurku,selama itu pula namamu meremas setiap bilik dalam tubuhku, melubanginya dengan api, memenuhinya dengan asap,dan setiap kali pula membanjirinya dengan nyeri kegilaan.
Memandangmu membawa setiap kepiluan dan pedih dalam mataku, pantulan cahayamu adalah rindu yang mendendam dan mengerak, bahkan rembulanpun tidak cukup jauh untuk melukiskanmu.
Aku terjatuh, dan di juranglah aku menengadah.
Dingin basah titik air menghujaniku, merindukan hangat sinarmu, mentariku

Kau sungguh jauh, tinggi, tak tergapai dalam kepakan sayap-sayap keemasanmu
dan di sini aku terpuruk, merapuh dalam abumu,
kehilangan sayap-sayap patah dari luka menganga di punggungku.



melihatmu berpendar cerah di puncak langit
dari sini, di dasar jurang

Untuk : Sang Phoenix

Tidak ada komentar:

Kisah Kita

Bernafas, namun tak berasa hidup. Berjiwa, namun berasa tak bernyawa. Menjalani hari hanya menghitung tiap menit, berusaha melupakan bahwa...