Rabu, 26 Januari 2011

Janus

Baru nyadar, meski sudah di hari-hari akhir, hari ini masih ada di bulan Januari, bulan pertama dari tahun yang baru. Bulan yang namanya konon berasal dari nama Janus, seorang dewa dari mitologi Romawi bercampur Yunani. Janus memiliki kemampuan untuk melihat masa lalu dan masa depan, sebuah hadiah dari Dewa Saturnus. Akibat bakat ini, ia digambarkan bermuka dua, masing-masing melihat ke arah belakang dan ke depan.

Tugas utama Janus adalah menjaga awal dan akhir waktu, sering dianggap juga sebagai simbol perubahan dan transisi antara satu kondisi ke kondisi lainnya, satu rupa ke rupa lainnya, atau gambaran pertumbuhan dari segala hal yang baru, bahkan dari suatu sistem semesta ke semesta lainnya.

Keberadaannya selalu secara positif memunculkan perasaan mengakhiri sesuatu sekaligus memulai sesuatu lainnya secara bersamaan.

Biarpun hanya bagian dari mitos, pilihan penamaan bulan ini ternyata bisa saja cocok dengan situasi hidup sehari-hari. Belakangan, keliatannya makin banyak saja kejadian yang menarik diri supaya meninggalkan dan menyelesaikan hal-hal lama, lantas bergerak memulai dengan hal-hal baru yang penuh keajaiban. Semuanya seperti membawa diri masuk lebih jauh dalam dunia dongeng.

Belum genap satu purnama, sudah mulai bertemu dengan manusia-manusia berwajah banyak, orang-orang dengan alter ego yang berbeda-beda, senyum-raut penuh maut bak medusa, dengan lidah-lidah penuh bunga yang sekejap bisa berubah jadi mercon.

Ironisnya, semua berdalih, untuk secara positif, menyelesaikan masalah lama dengan solusi yang baru. Menuntaskan konflik-konflik lalu dengan kesepakatan-kompromi baru.
Babak belur dan simpang-siur, asyik mengasapi huru-hara, sembari sibuk bergerilya di wilayah perang masing-masing. Menjadikan batas kebenaran dan kekeliruan keruh, sekabur fakta dan kebohongan. Akhirnya malah jadi tontonan menarik, yang secara tragis menelanjangi segala tabiat, kedok dan motif diri.

Bercermin kembali pada sang Janus, tepat juga bila hal-hal ini terjadi hanya pada awal tahun, cukup untuk berada pada posisi untuk diakhiri, untuk menjadi pijakan mengawali dan mengisi sisa waktu ke depan. Meskipun seringkali berada di posisi terpinggirkan, untunglah masih bisa penuh rasa, berdiri menyaksikan kekusutan arus yang mengalir di hadapan. Menyadari diri selalu bercacat tak sempurna, ternyata semakin membuka mata, masih jauh jalan, masih banyak tugas yang belum terselesaikan.



Hidup...
penuh sungguh,
tak terkatakan

Selasa, 11 Januari 2011

Broken things

Broken clouds give rain
Broken soil grows grain
Broken bread feeds man for one more day
Broken storms yield light
Break of day heals night
Broken pride turns blindness into sight
Broken souls that need His mending
Broken hearts for offering
Could it be that God loves broken things?

(Kenneth Cope)

I found these enlightening words this morning and have been thinking of them 'til now. I keep smiling whole day, remember how I should live with many inhospitable situations, have to deal with unfriendly people and live with so many self-imperfections. I always let myself to be broken many times and never stop asking for being repaired all the time. Now I know, why I need those experiences a lot....













Hope I will never loose my sunrise again...
Anyway, where is my Restart button...????

Senin, 10 Januari 2011

First Step

Seringkali kita tidak menyadari bahwa kita bernyawa, hingga terbentur kenyataan, yang memaksa kita harus berani memilih, antara merasa terluka, menderita kegilaan, mengalami kematian, atau bahkan ketiganya sekaligus, untuk bisa tetap hidup.
Ketika waktu itu datang,
setiap tarikan nafas sungguh menyakitkan, mengalirkan racun yang membekukan tubuh, setiap bayangan muncul sebagai mimpi buruk, menjeritkan kekelaman yang tak berujung.

Inilah saatnya,
langit di atas kepalamu runtuh
dan bumi di bawah kakimu berguguran,
masih ingatkah ke mana kau akan menuju?


Itulah saatnya,
bahkan kekuatanNya pun
tak mampu menemukan Tempat kembali
selain menuntun jiwa untuk berputar,
terbang mencapai akhir, berhamburan,
kembali jernih dalam tetes embun semestaNya


Sampai saatnya...


Membersihkan otak, menyibak halimun di pikiran dan mencerahkan mata menyusuri jalan ke depan,
ternyata bukan sekedar belajar membalas, lantas melepaskan dan melupakan,
tapi justru lebih pada berjuang menyadari dan menerima,
berserah dan berdamai dengan tersesatnya hidup,
mencoba bernafas tanpa merasa perlu pulang lagi.













Detox*ON, still a lost-shadowless soul.
01-03.01.2011