Senin, 10 Januari 2011

First Step

Seringkali kita tidak menyadari bahwa kita bernyawa, hingga terbentur kenyataan, yang memaksa kita harus berani memilih, antara merasa terluka, menderita kegilaan, mengalami kematian, atau bahkan ketiganya sekaligus, untuk bisa tetap hidup.
Ketika waktu itu datang,
setiap tarikan nafas sungguh menyakitkan, mengalirkan racun yang membekukan tubuh, setiap bayangan muncul sebagai mimpi buruk, menjeritkan kekelaman yang tak berujung.

Inilah saatnya,
langit di atas kepalamu runtuh
dan bumi di bawah kakimu berguguran,
masih ingatkah ke mana kau akan menuju?


Itulah saatnya,
bahkan kekuatanNya pun
tak mampu menemukan Tempat kembali
selain menuntun jiwa untuk berputar,
terbang mencapai akhir, berhamburan,
kembali jernih dalam tetes embun semestaNya


Sampai saatnya...


Membersihkan otak, menyibak halimun di pikiran dan mencerahkan mata menyusuri jalan ke depan,
ternyata bukan sekedar belajar membalas, lantas melepaskan dan melupakan,
tapi justru lebih pada berjuang menyadari dan menerima,
berserah dan berdamai dengan tersesatnya hidup,
mencoba bernafas tanpa merasa perlu pulang lagi.













Detox*ON, still a lost-shadowless soul.
01-03.01.2011

2 komentar:

ilambra mengatakan...

saat air mata ternyata menyembuhkan...
dan kenyataan batu selalu berjanji tak akan menangis, hingga nyaris tanpa rasa...

water_lily mengatakan...

sekalipun batu,
takkan mampu berurai,
cukup terbenam,
dan mencuci diri....

penuh rasa.

Kisah Kita

Bernafas, namun tak berasa hidup. Berjiwa, namun berasa tak bernyawa. Menjalani hari hanya menghitung tiap menit, berusaha melupakan bahwa...