Seringkali kita tidak menyadari bahwa kita bernyawa, hingga terbentur kenyataan, yang memaksa kita harus berani memilih, antara merasa terluka, menderita kegilaan, mengalami kematian, atau bahkan ketiganya sekaligus, untuk bisa tetap hidup.
Ketika waktu itu datang,
setiap tarikan nafas sungguh menyakitkan, mengalirkan racun yang membekukan tubuh, setiap bayangan muncul sebagai mimpi buruk, menjeritkan kekelaman yang tak berujung.
Inilah saatnya,
langit di atas kepalamu runtuh
dan bumi di bawah kakimu berguguran,
masih ingatkah ke mana kau akan menuju?
Itulah saatnya,
bahkan kekuatanNya pun
tak mampu menemukan Tempat kembali
selain menuntun jiwa untuk berputar,
terbang mencapai akhir, berhamburan,
kembali jernih dalam tetes embun semestaNya
Sampai saatnya...
Membersihkan otak, menyibak halimun di pikiran dan mencerahkan mata menyusuri jalan ke depan,
ternyata bukan sekedar belajar membalas, lantas melepaskan dan melupakan,
tapi justru lebih pada berjuang menyadari dan menerima,
berserah dan berdamai dengan tersesatnya hidup,
mencoba bernafas tanpa merasa perlu pulang lagi.
Detox*ON, still a lost-shadowless soul.
01-03.01.2011
Senin, 10 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kisah Kita
Bernafas, namun tak berasa hidup. Berjiwa, namun berasa tak bernyawa. Menjalani hari hanya menghitung tiap menit, berusaha melupakan bahwa...
-
Ini Bombax ceiba, atau kapuk, red silk cotton tree, sayang belum sempat ada bunga dan buahnya... Bronjol di batangnya itu ..... Ciri khas k...
-
Hujan-badai gini memang enaknya dengerin lagu, ketimbang main air di luar. Soalnya, meski dijamin bisa dinginin otak dan hati, tapi tetap aj...
-
This is a Vanilla Twilight from The Owl City always helps me feel better even now, when the fever keeps me burned inside the wind leaves me ...
2 komentar:
saat air mata ternyata menyembuhkan...
dan kenyataan batu selalu berjanji tak akan menangis, hingga nyaris tanpa rasa...
sekalipun batu,
takkan mampu berurai,
cukup terbenam,
dan mencuci diri....
penuh rasa.
Posting Komentar