Rabu, 03 Juli 2013

Burung Gereja

Sepasang burung gereja, seperti biasa terbang menuju tenggerannya di belakang sepasang kaki kayu, sekitar 10 meter di atas kepala. Aktivitas rutin yang tidak pernah lewat, dan kalo dilihat dengan rutenya dari lubang terali jendela samping, selalu dilakukannya berpuluh kali dalam sehari. Terbang pergi, naik sedikit,lantas turun, dan hinggap lagi, sesekali singgah di permukaan ubin depan meja atau berputar mengejar serangga di sela kursi-kursi kayu.
Tidak pernah lelah.
Melihatnya memungut dan membawa apa saja ke sarangnya yang tinggi itu, setiap kali memaksa otak yang masih lengket ini berpikir, betapa tekunnya mereka menjalani ritual itu.
Apakah mereka pernah saling mempertanyakan tentang hidup mereka?
Pernahkah mereka khawatir suatu saat akan ada perubahan, perbedaan bahkan akhir kebiasaan itu?

Pagi ini, sembari menenggelamkan diri lagi dalam renungan singkat yang menggabungkan topik ketidak percayaan dan kejujuran, sepasang burung gereja itu beraksi kembali di dalam pikiran.
Terbang ke sana kemari menempatkan banyak cahaya dalam kepala.
Seringkali kita menolak untuk mempercayai sesuatu
saat kita belum melihatnya,
tetapi setelah belajar cukup lama,
berulang kali mengalami penolakan, kegagalan,juga kesalahan,
dan berlatih untuk berkubang dalam kejujuran,
akhirnya banyak kenyataan hidup malah mampu bersaksi menunjukkan maknanya.

Bahwa ketenangan bukan berarti ketidak tahuan
Bahwa kesabaran bukan berarti kelemahan
Bahwa kelemah-lembutan bukan berarti kegagalan
Bahwa kerelaan bukan berarti ketidak pastian
Bahwa kedewasaan bukan berarti keterpaksaan.

Bahwa belajar bukan hanya bagian dari hidup,
tapi justru merupakan hidup itu sendiri.

Dan sekali ini ada yang jauh lebih penting,
kata-kata tak pernah lebih bernilai lagi
ketimbang pengertian dan penerimaan,
bahwa yang hidup memang sungguh-sungguh kuat,
dengan kekuatan cinta tanpa batas.

Indah sekali.



Ini untuk sepasang burung gereja yang terbang, dan yang juga baru saja hinggap kembali,
Jangan pernah menyerah, rentangkan sayap-sayap kalian,
Ikuti bening kata-kata benak dan dan nurani jernih yang ada di kolam hati kalian,
Jalani seluruh lengkung pelangi dan langit luas di atas hamparan belantara hangat jiwa kalian
Segala doa dan harapan terbaikku selalu menyertai,
Terima kasih tak terhingga untuk segenap sahabat mungil dan ladang luas di hadapan yang sudah diwariskan....


(Gambar: http://www.mewarnaigambar.web.id/2013/05/mewarnai-gambar-burung-gereja.html)
Burung gereja (Sparrow Britt. Passer montanus) adalah jenis burung pipit kecil yang berasal dari keluarga Passeridae. Burung-burung ini mendiami kota-kota dalam jumlah yang sangat besar. Merupakan burung yang jinak dari semua burung liar. Burung gereja berukuran kecil, berwarna coklat-kelabu, gemuk, berekor pendek, dan memliki paruh yang kuat. Makanan burung ini adalah biji dan serangga kecil. Pada awalnya berasal dari Eropa, Afrika, dan Asia, kemudian burung ini disebarkan ke Australia dan Amerika oleh penduduk, dan saat ini lebih banyak ditemukan Amerika Utara, Australia, dan Amerika Selatan. (Sumber : Wikipedia-bhs Indonesia)

Tidak ada komentar:

Kisah Kita

Bernafas, namun tak berasa hidup. Berjiwa, namun berasa tak bernyawa. Menjalani hari hanya menghitung tiap menit, berusaha melupakan bahwa...