Kamis, 04 Maret 2021

ANGKA

Seberapa peduli kita sama makna angka?
Angka yang tertera dan tersirat di mana-mana memang bisa memberikan pemahaman beragam bagi setiap orang. Saya, jujur saja selalu sangat peduli pada angka-angka yang ada dalam sms banking, atau yang berurusan dengan atm dan buku rekening bank. Tapi belakangan ini makna angka bergeser, bukan hanya untuk dipedulikan, tapi dicermati dan diwaspadai; berkurang, bertambah, berapapun, bisa bikin semua siaga. Hitung-hitungan dengan angka, sekarang, bisa sama saja dengan bersyukur dan berjuang untuk tetap hidup.

Saya sudah sangat ingin menuliskan tentang angka ini sejak bulan lalu, bulan yang paling saya cemaskan dalam setahun karena selalu mengingatkan saya akan suatu hal yang tidak bisa saya hindari: mengingat angka, berhitung sisa usia saya. Dan untuk tahun ini, bulan itu memaksa saya benar-benar mengingat banyak angka. Sepanjang bulan, seluruh minggu, setiap hari dan setiap jam, saya dipaksa mencermati begitu banyak angka sembari bersahabat dengan sumber stigma dan perdebatan yang belum usai sampai sekarang, Covid 19 (ada angkanya juga loh…)

Berapa nilai saturasi, jumlah suplemen dan vitamin, frekuensi minum obat, kapan terkena, tracking siapa saja yang terdampak, kapan gejala berubah, durasi gejala, sampai jumlah jenis sayur, lauk, obat herbal, lama berjemur, waktu berjemur, jumlah segala dukungan, doa, video lucu, hiburan online, drakor, film jepang, jumlah klip BTS dan MV youtube, sampai peringatan melalui semua pesan, wa, sambungan telepon dan video call, serta segala statistik di media massa dan medsos tak lepas dari jumlah angka-angka. Belum pernah nilai dan ragam pemakaian angka begitu banyaknya. Masih ditambah lagi tahun ini saya menikmati angka kembar, 44, pasangan angka yang bahkan salah satunya saja, dalam budaya Asia Timur bisa menimbulkan efek Tetrafobia karena sangat berkaitan dengan kematian. Mitos ini, dan perdamaian saya dengan virus serta segala angka penyertanya ini bikin saya merenung ke angka-angka lainnya.

Angka-angka yang terlibat erat dalam pertanyaan mendasar, sudah berapa banyak waktu saya lewati, dan masih berapa lama lagi saya diberi waktu, untuk berapa banyak orang – kejadian – tempat – dan entah apa yang mesti saya hadapi lagi? Saya sadar, tidak terlalu suka berhitung, tidak mendalami numerologi dan bukan seorang numero phobia, tapi saya mengerti, saya tidak pernah boleh lagi lupa berhitung, mengingat angka jumlah dari setiap berkat yang masih bisa saya peroleh, dalam setiap napas dan kesadaran yang saya rasakan.
Saat saya masih diberi hidup.



Semoga seluruh mahluk hidup berbahagia.
Hari ini, di Manokwari, pada hari Kamis dengan tanggal cantik yang berlaku sedunia. 4-3-‘21

Tidak ada komentar:

Kisah Kita

Bernafas, namun tak berasa hidup. Berjiwa, namun berasa tak bernyawa. Menjalani hari hanya menghitung tiap menit, berusaha melupakan bahwa...