Kebekuan menggantung di udara
angin tajam menoreh tulang
deras hujan samarkan suara
bunyi perih dalam lidah terkekang
Habis sudah rangkaian kata
tersendat di tiap titik
berjuang untuk tersambung
tiada cara tuk jadi utuh
walau lengkap akhirnya pun hilang makna
Lari
terus mencari,
sepotong hati yang tlah pergi
entah kembali
tak henti menari,
hingga pagi menanti mati
Terbang,
sayap di sekujur punggung,
kepak kuat meregang
temani tangis jatuh di ujung bingung
nyawa seakan tak terpegang,
melayang limbung
Sesosok tubuh berjalan pelan
menatap nanar di pelukan kenangan
luruh dalam kepasrahan
Dititipkannya cemas pada rembulan
diikatnya dendam pada hujan
Bila cahaya tiba
biarlah segala reda
Berdiri di akhir-awal masa
Bawa sepenuh asa di kaki yang Kuasa
"Ia rindu...
rindu Bapa
rindu pulang
rindu kasih menggenggam hati....."
Rabu, 31 Desember 2008
TANYA
Langkah kelam sepasang kaki
Simpan dendam di kedua mata
Sedikit lagi pecahkan kaca
Penuh air bercampur darah
Sebuah hari remuk tergenggam rasa
Ditolak, terbuang, terlupakan
Mengapa rindu tak jua berlabuh
Tinggal terenang hanyut di samudera duka
Lahir dari caci maki dan serapah
Tumbuh subur oleh asap tembakau dan bau minuman
Mengapa awal seolah tak berujung
Langit menutup tingkapnya
Laut mengikat jalannya
Tanah membalik semua tapaknya
Tak ada harapan
Tiada lagi tempat bercermin
Meski hanya untuk memantulkan luka
Cinta,
mengapa tiada lagi yang tersisa?
Duduk terdiam tak berkawan.
Simpan dendam di kedua mata
Sedikit lagi pecahkan kaca
Penuh air bercampur darah
Sebuah hari remuk tergenggam rasa
Ditolak, terbuang, terlupakan
Mengapa rindu tak jua berlabuh
Tinggal terenang hanyut di samudera duka
Lahir dari caci maki dan serapah
Tumbuh subur oleh asap tembakau dan bau minuman
Mengapa awal seolah tak berujung
Langit menutup tingkapnya
Laut mengikat jalannya
Tanah membalik semua tapaknya
Tak ada harapan
Tiada lagi tempat bercermin
Meski hanya untuk memantulkan luka
Cinta,
mengapa tiada lagi yang tersisa?
Duduk terdiam tak berkawan.
WAKTU
Mengurai benang kusut dalam benak
Menghitung satu-satu butiran nasib
Jatuh terburai di tepian takdir
Adakah lahir ?
Ataukah mati ?
Yang jadikan setiap manusia sama?
Mungkinkah langkah?
Atau peluh?
Yang akhirnya bedakan semua?
Menyudut di himpitan perenungan
Waktu berlalu
Satu lagi
Hadirkan penat menyeri
Sesal di ujung hari
Tertatih, tak bisa lari
Bayang-bayang tlah tambah panjang
Jalan-jalan kian lengang
Sepi merengkuh, rindu mengeluh
Tuhan,
jangan tinggalkan hambaMu
jadikan sisa waktuku
milikMu.
Menghitung satu-satu butiran nasib
Jatuh terburai di tepian takdir
Adakah lahir ?
Ataukah mati ?
Yang jadikan setiap manusia sama?
Mungkinkah langkah?
Atau peluh?
Yang akhirnya bedakan semua?
Menyudut di himpitan perenungan
Waktu berlalu
Satu lagi
Hadirkan penat menyeri
Sesal di ujung hari
Tertatih, tak bisa lari
Bayang-bayang tlah tambah panjang
Jalan-jalan kian lengang
Sepi merengkuh, rindu mengeluh
Tuhan,
jangan tinggalkan hambaMu
jadikan sisa waktuku
milikMu.
Langganan:
Postingan (Atom)