Rabu, 17 Maret 2010

Dalam hujan

Postingan tentang menghadapi orang “susah” sudah lebih dari sekali muncul dalam blog ini, lalu seringkali, atau tepatnya selalu, mendesak kita sendiri untuk belajar banyak hal. Berusaha memahami tentang mereka, situasi asal, solusi terbaik, sampai akhirnya kembali mengajak diri sendiri untuk memasang cermin dan belajar memperbaiki pantulan yang nampak di dalamnya.

Hari-hari terakhir ini mahluk-mahluk “susah” itu bermunculan lagi. Menggelikan memang, saat kita berusaha menjaga diri untuk tidak mempersulit orang lain, setiap kali pula kesulitan itu muncul. Mungkin itu yang sangat menarik dari hidup, terlalu banyak paradoks dan ironi bergiliran dalam waktu yang tak terkira.

Jengkel, dongkol, mangkel, semua emosi jadi akumulatif dan berpusar-pusar seperti mata badai dengan ekor-ekornya. Terpesona melihat kenyataan, adaaaa saja mahluk yang demikian...sementara di sisi lain jadi khawatir, apa kita pernah bertindak sama?

Tidak ingin menuduh, tapi ini bagian dari kenyataan, banyak orang berlaku seperti truk sampah, berjalan keliling ke sana-kemari membawa sampah; segala masalah, frustasi, kehampaan, kemarahan dan kekecewaan, yang kadang-kadang dibiarkan membusuk jadi kebekuan, dendam dan sakit hati. Rentang waktu bertambah, makin bertambah pula volumenya, semua sampah itu pasti perlu dibuang karena kapasitas hati dan otak tentulah terbatas, dan kerapkali kita yang menjadi sasaran pembuangannya. Kecipratan hujan badai yang datang tanpa peringatan....

Solusinya? Selalu lebih sederhana untuk diucapkan ketimbang dilakukan: biarkan badai itu.... Tersenyum saja, jangan ambil hati, lambaikan tangan, berkati mereka, lalu lanjutkan hidup.
Jangan pernah berusaha mengambil sampah mereka dan menyimpannya. Atau, jangan malah membawa sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang kita temui, di tempat kerja, di rumah, dalam perjalanan atau di manapun.

Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dengan merusak suasana hati.
Hidup ini terlalu singkat untuk pergi tidur di malam hari dengan penderitaan, lalu bangun di pagi hari dengan penyesalan.
Kasihi orang yang memperlakukan kita dengan benar, dan berdoa bagi yang tidak.

Hidup itu 10% mengenai apa yang kita buat dengannya dan
90% tentang bagaimana kita menghadapinya.

Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu,
tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan.


















Tanda-tandanya mau ada hujan badai lagi...
tetap, "pasti bisaaaaa!!!!!"

3 komentar:

akugadiscoklat mengatakan...

mb.. aku mgu2 lalu bertemu bunga itu tahu gak namanya..... n jenisa apa... aku sempet tertarik dan punya fotonya juga tapi masih blm ktemu tu bunga siapa namanya////

water_lily mengatakan...

Haiiiii Ka...
kalo gak salah namanya bunga sungsang, ada hubungannya dengan bentuk kelopaknya yang tidak umum.
Oh iya, nama latinnya Gloria superba, ujung daunnya khas betul, melengkung-lengkung, bagian dari mekanisme khusus untuk menjalar di tumbuhan lain....
Mat mencari info tambahan :)

akugadiscoklat mengatakan...

oh sungsang karena bentuk kelopaknya emang terlihat sungsang anma latinnya bgs ok... aku cr info lagi
maksh mbak

Kisah Kita

Bernafas, namun tak berasa hidup. Berjiwa, namun berasa tak bernyawa. Menjalani hari hanya menghitung tiap menit, berusaha melupakan bahwa...