Senin, 19 Oktober 2009

ANTIKLIMAKS

Hari ini ada satu lagi kuliah dibatalin. Yah..mungkin si dosen sudah berhasil mendeteksi ke-segan-an mahasiswanya, sama-sama jadi malas bertemu, apalagi di minggu-minggu terakhir penuh deadline tugas seperti ini. Yang satu pasti mulai bosan melihat yang lainnya tidak konsen lagi, sibuk memikirkan kalimat dan literatur apa yang bisa dipakai mengkomplitkan tugas si bosan...
Yang tersisa, bingung mo melompat gembira atau malah jadi jengkel. Gembira karena mendadak jadi punya tambahan waktu untuk persiapan double-tutes nanti, sekaligus jadi mangkel setelah akhirnya menyadari jadwal yang terpotong-potong begini malah bikin minat belajar lenyap....mungkin ikutan terbang sama angin musim semi yang bertiup ribut di luar.

Jauh dari rumah, terbeban dengan segala tugas dan kewajiban, dikejar waktu, semua bisa bikin seluruh emosi mencapai titik kulminasi. Ngeri juga kalo tiba-tiba ada yang meletus keluar dari ubun-ubun...bakal bisa bikin film lagi...horor siang bolong di gedung humanities...Tapi kenapa yang muncul justru rasa kosong? Lewat batas kritis tanpa bergeming? Apakah ada yang salah? Kepala seperti kehilangan bobot.
Hidup memang sering terasa lucu, tiap saat berusaha dipahami, tiap kali malah semakin kabur. Saat dibiarkan berjalan, arti hidup itu jadi begitu menyolok.
Bernafas, berjuang untuk hidup, sementara setiap titik yang dilewati hanya rutinitas belaka, tidak pernah bisa menambah warna dalam hari-hari kita.

j e n u h
bahkan untuk menyelesaikan tulisan ini memaksa berbalik ke titik awal, mengapa kita harus hidup? untuk siapa? bagaimana? sekarang? di sini? atau?

h i d u p di titik j e n u h

h i d u p?
andai bisa dimaknai dengan sederhana, seperti mata yang takkan menolak untuk terpejam bila memang harus terlelap, atau seperti tangan yang takkan henti menggaruk bila ada kulit yang sudah terlalu gatal, atau kaki yang takkan menolak perhentian bila sudah terlalu lelah...hal-hal kecil tak terpantau, yang tak pernah jenuh beraksi menandakan kita hidup, mengubah kesederhanaan menjadi sesuatu yang rumit.
Yang sedihnya memulangkan diri ke akhir hari ini, tergantung tanpa satu konklusi pasti. Kembali biarkan kepala bergeleng-geleng...pusing, sudah waktunya istirahat.




d e a d l i n e s

2 komentar:

ilambra mengatakan...

kalo postingan udah berentet gini, berarti bener-bener lagi jenuh ya, hehehe...
mungkin klise kalo ditanya jawaban dari soal: hidup untuk?
tapi saya lebih suka menjawab: hidup untuk belajar untuk hidup...
dan yang namanya 'belajar', selalu ada maaf di setiap kesalahan, gak pernah ada kata terlambat, dan selalu ada kesempatan kedua, bahkan ketiga dst... 1 lagi kebimbangan, keraguan itu sahabat dari kata belajar...
jadi... hidup itu indah, wkwkwkwk

water_lily mengatakan...

ketularan jenuh n mbingungan :P
sampai pada kesimpulan, hidup itu indah krn :
"tidak pernah terlambat"
"belajar hidup"
(untuk)
"memaafkan"
"kebimbangan"???

bener, kalo digabungin....
ini baru namanya indah
(kesimpulannya ngaco gak sih....)

Kisah Kita

Bernafas, namun tak berasa hidup. Berjiwa, namun berasa tak bernyawa. Menjalani hari hanya menghitung tiap menit, berusaha melupakan bahwa...