Minggu, 22 November 2009

CERMIN

hidup itu seperti sebuah cermin
kadang bening, kadang buram
tergantung dari sang pemilik untuk peduli padanya

sampai akhir mungkin ia akan tetap utuh,
mengembalikan setiap sinar dan bayangan yang jatuh padanya

namun tak jarang cermin itu retak,
setiap retakannya, yang juga sering tidak sama jernih,
membuat setiap refleksi bisa tampak berbeda

bukan mustahil pula,
yang bercermin tidak mampu mempercayai raut sendiri,
hingga harus memilih,
antara menyadari apa yang telah dimiliki,
berubah sesuai bentuk yang diinginkan,
atau keduanya sekaligus

tapi sampai kapan pun,
cermin itu akan tetap memantulkan rupa yang sesungguhnya
yang harus diterima oleh yang berada di hadapannya

sebuah sosok yang,
pastinya,
sudah sangat sempurna menurut sang pemilik cermin.















Basically, it's all about an endless learning
through own-mirror
to live in this ephemeral life.



(pict. Self (translation)- bananapeelproject.org)

3 komentar:

akugadiscoklat mengatakan...

gambar cermin nya unik

ilambra mengatakan...

bahkan suatu saat seseorang enggan menemukan parasnya sendiri dalam cermin, takut akan kejujuran cermin, dan memilih pantulan telaga misalnya, berharap pantulannya berhiaskan pantulan bulan atau bintang nun jauh di sana....
tetapi cermin, tetap cermin, dan kalau ingin menatap luka terkecil atau bahkan terbesar yang ada di wajahmu, cari dan tataplah cermin....

water_lily mengatakan...

@ika: yap.... :)
@ilambra: lihat....
selain menerima setiap luka
dan keindahan yang terpantul,
gak ada pilihan lain kan?

Kisah Kita

Bernafas, namun tak berasa hidup. Berjiwa, namun berasa tak bernyawa. Menjalani hari hanya menghitung tiap menit, berusaha melupakan bahwa...