Sabtu, 01 Oktober 2011

Berputar

Hari ini, semoga tidak menjadi salah satu dari banyak puncak keletihan hidup. Sudah setahun alur hidup seperti mengikuti gerakan berputar, awalnya berharap seperti putaran roda, yang terkadang di atas, lain waktu di bawah. Menjadi roda yang meski bertumpu pada sumbu tunggal, tetap mampu mengarah tempat yang dituju. Nyatanya yang terjadi justru kumparan roda berubah menjadi kincir, berputar tak kenal henti, terkena gempuran air, angin dan entah apa saja yang menimpa melewatinya. Memaksanya bergerak menggerus sumbu penopangnya sendiri. Melubangi bilah-bilah sepanjang jari-jarinya tanpa ampun.

Kembali berusaha menjadi waras, setelah sekian lama menggila, ternyata sama sekali tidak gampang. Menyedihkan, ada begitu banyak waktu dan energi sudah terbuang percuma hanya untuk mencari jawaban dari banyak pertanyaan retorika. Sama seperti berjuang menulis lagi sesudah terlalu lama tidak membaca, benar-benar membuat otak menjadi tumpul. Rusuh mencari topik, kisruh mengumpulkan kata, mumet sendiri menyambung-nyambung semuanya untuk menjadikan sesuatu yang bermakna. Meski selalu melihat sampai mata nanar, sembari mendengar sampai ikut meluap-luap, tidak juga banyak membantu, malah makin memuakkan.

Menceritakan hidup seperti sebuah puisi seringkali lebih mudah, menceritakannya, atau hanya mengandaikannya sebagai benda, alat, alam dan segala ciptaan kadangkala lebih ringan lagi ketimbang menjalaninya. Membiarkan hidup berputar, merasakan segala kebaikan bersisian dengan keburukan, harapan berbatasan dengan kekecewaan, pemulihan bertepian penderitaan, kehampaan berpantai kepenuhan, tidak mungkin terelakkan.


Ingin berhenti sejenak, hanya untuk membisu dan merasakan putarannya, mungkinkah?

Kamis, 15 September 2011

Letih...














lihat rona kuntummu...
terkenang...














lihat kesat kelopakmu...
terkenang...

















lihat lembut semburatmu...
terkenang...

betapa beratnya ku merindu
rebah di bahunya
bernafas di sepenuh dada bidangnya
dan membasahi seluruh sisa harinya dengan tangisanku

lelaki berwajah damai,
tepati janjimu...

Minggu, 24 Juli 2011

Meminta...dan menerima

Lama tidak muncul, rasanya kangeeen sekali ngisi di blog ini.
Meski pikiran lagi awut-awutan, seperti uban balapan tumbuh simpang siur di kepala. Tetap saja dipaksain nulis, biar lega semua yang lagi huru-hara dalam otak.

Akhir-akhir ini (yaaah jurnal lagi...), sering banget nemu kejadian yang bertipe "umpan-balik"atau "kena-batunya" atau yang lebih parah "karma"...nilai rasanya mirip-mirip itulah.... mungkin lebih pas kalo pake istilah "meminta...dan menerima". Ada beberapa rekan yang dapat berkah mengalami peristiwa menerima apa yang diminta.














Mulai yang mengharapkan perubahan lalu menerima pencerahannya,
ada lagi yang memaksakan kehendak pada orang lain lantas menerima akibatnya,
sementara yang lainnya bersikeras menyombongkan kemampuannya dan akhirnya harus menerima kenyataan bahwa dirinya memang tak bisa apa-apa selain menjadi kriminal terselubung.
Renungan pagi tadi lebih cocok lagi, ada seorang Raja tersohor yang hanya menginginkan kebijaksanaan untuk memerintah rakyatnya, kemudian malah menerima segala kelimpahan lainnya sebagai efek pemerintahannya.

Setiap manusia selalu melambungkan permintaan, dan pasti akan menerima sesuatu sebagai ganjarannya...meski terkadang ironis, karena bisa saja yang diterima berbeda dari yang diminta.
Ajaibnya, seringkali mustahil menolak segala yang bakal diperoleh;
cepat atau lambat;
kurang, cukup atau berlebihan;
tepat atau meleset;
membahagiakan, menjengkelkan atau menyedihkan,
apapun itu.

Mumet akhirnya.... Sekarang, mungkin jauh lebih baik selalu belajar bersyukur...melihat ke dalam...berhenti bertanya-tanya dan mulai melanjutkan hidup kembali...













baru ingat, sudah harus meminta...supaya segera menerima...untuk rekan-rekan yang "beruntung" tadi...selamat ya....wkwkwk

Senin, 30 Mei 2011

MENJAGA

Rasanya lelah sekali
untuk tetap tegak menjadi Sang Diri
saat semua melihat dengan Mata
berpendapat dengan Dugaan
dan menuding dengan Tuduhan....

Sungguh-sungguh sendirian
waktu akhirnya berjuang mencari Sang Hati
ketika dengan penuh sadar mulai kehilangan Nalar
berjalan dalam nikmat Kegilaan
mematikan kabut Napas...

Berusaha menjaga...
namun semua sudah lepas dari Genggaman...
tiada pernah kan pulang


















ada yang hilang
terlalu pedih
mengapa...
tak mati saja.


If we judge others only by their outer appearance,
We might miss the wonderful surprise of what is in their heart.

--Bill Crowder

To guide us in what is right.
It is what’s in the heart that counts.

D. De Haan

Rabu, 20 April 2011

Pertempuran

Tripping out, spinning around
I'm underground, I fell down,
I fell down
I'm freaking out
where am I now
upside down
and I can't stop it now
it can't stop me now

I'll, I'll get by
I'll, I'll survive
when the worlds crashing down,
when I fall and hit the ground,
I will turn myself around,
don't you try to stop me
I, I walk around

I found myself in Wonderland
get back on my feet again
is this real, is it pretend
I'll take a stand until the end

I'll, I'll get by
I'll, I'll survive
when the worlds crashing down,
when I fall and hit the ground,
I will turn myself around,
don't you try to stop me
I, and I walk around














Selama lebih dari lima tahun sudah seluruh alam dipaksa bertempur,
menemani diri bertanding mengalahkan segala kekeruhan yang kerap muncul dalam pikiran, kadang mengendap dalam hati, hingga mewarnai jiwa. Sedihnya, ternyata hanya butuh waktu kurang dari sejam untuk meruntuhkan semua.
Kecemburuan, iri hati dan dengki, semua berhamburan di sekujur wajah. Terulang lagi segala tontonan kemunafikan dan kesombongan, dengan mulut penuh kebencian dan kemarahan, caci maki dan hinaan...tak pandang usia dan citra diri...Ajaibnya, persona bisa berbeda meski motif tetap sama, bermain dalam drama komedi paling lucu, yang untuk kali ini entah kapan kan usai.

Menghargai orang lain, dalam kehidupan nyata, memang selalu jauh lebih sulit melakukannya daripada membahasakannya secara verbal. Menggunakan kata-kata untuk menyakiti hati dan perasaan orang lain, tanpa bercermin diri lebih dulu, sering lebih mudah. Menembak, melukai, meracuni hidup orang, lantas melupakannya dan bertingkah bak malaikat yang serba sempurna, jadi semacam kewajaran dan hak yang tak berbatas lagi.

Cinta memang dahsyat,
bisa begitu membutakan, sampai rela memamerkan ketololan sendiri...syukurlah akhirnya semua terungkap. Hanya terima kasih, sungguh, atas segala pengakuan dan kejujuran yang tersingkap dengan begitu telanjangnya...membuat diri semakin bersyukur, betapa bahagianya bisa bertahan hidup menjadi manusia yang sungguh biasa....

Untuk segala sesuatu ada waktunya.
Lagu: Underground (OST Alice-Avril Levinge)

Sabtu, 26 Maret 2011

Menanti berbagi

Setiap orang, paling sedikit sekali,
pernah mengalami kesepian
merasa sunyi, meski tidak dalam kondisi sendirian
tak berkawan, meski berdiri dalam kerumunan padat.

Seringkali terjadi, kita berusaha mengelak bila diri sendiri
sampai pada situasi ini
merasa sepi, berkesan sangat memilukan,
dan seolah-olah menjadi hal yang begitu memalukan,
selalu pantang untuk diakui,
walau secara manusiawi wajar terjadi.

Ada hal-hal bercampur aduk dan bertolak belakang
dari perasaan ini,
kesepian,
mungkin tampak menyedihkan karena kehilangan rasa diperhatikan
atau menyakitkan karena ketiadaan rasa dihargai
tapi kalau dipikirkan kembali,
kesepian
hanyalah satu bukti,
kita masih seorang manusia, yang membutuhkan ciptaan lain
entah manusia, entah isi alam semesta lainnya,
yang pada saat yang sama
sedang menanti kita berbagi dunia
untuk menjadikannya utuh

berbagi,
seandainya kita rela....


















ada yang menolak berbagi,
meski itu hanya sekedar suatu kesepian
bercermin pada keruhnya hati,
begitu telanjang dan ngilu, sendirian....


(dari catatan sunyi perjalanan Jkt-Smg-Sltg-Solo-Jogj-Mkw)

Kamis, 24 Februari 2011

ANAK HILANG

Gelisah mudanya
membawanya mengembara
di ketandusan cinta

Berpindah dari kata-kata merayu
ke pipi-pipi montok
gila di kemekaran bibir-bibir merah

Sekali tak pernah ia terpikir
peristiwa akan mencekik di benua duka
yang ada akan sudah dipertiada
tinggal diri seorang terbantun di pinggir jalan
dan tangis ini hanya sendu dan berjawab.

Di-ini malam tak berbintang
ia menjalin kesedihan
dalam keluh-kesakitan;
disisinya menggeletak anjing kurus
-- menggonggong ngeri
ratapi betina lari
tinggalkan yang hampir mati--
Meminta pengasihan.

Di-ini malam tak berbintang
Bulan juga enggan berdandan

Ia rindu
Rindu pulang
Rindu Bapa

Rindu kasih menggenggam hati


















Fridolin Ukur (Roma, musim panas 1956)
pict.: "lonely lost soul" by labrynthine.deviantart.com

Sebuah puisi lama, ditemukan setelah sekian lama dicari,
sungguh penuh rasa, menusuk begitu tajam dalam kenangan...
akankah sang pelantunnya dahulu
mampu menemukan jalan hilang yang dicarinya....?

rindu tak tertanggungkan, malam ini

Jumat, 11 Februari 2011

Sang Wajah

hari ini,
ku berdiri persis di tepian badai
bersiap melangkah menuju pusarannya
penuh senyum dan tangan terentang
memimpikan sayap di sekujur punggung
terbang menyentuh nirwana

hati-tubuh meremah
tersayat tajam bilah-bilah topan
berhamburan bagai jutaan kristal kaca berdarah
berkilauan, merah menetesi bumi yang kerontang
mengkilap dan mengering di tetesan terakhir
ku melihat WAJAHMU
terpantul menyilaukan














cintaku,
baluri seluruh rinduku


...sungguh...terima kasih....

Rabu, 26 Januari 2011

Janus

Baru nyadar, meski sudah di hari-hari akhir, hari ini masih ada di bulan Januari, bulan pertama dari tahun yang baru. Bulan yang namanya konon berasal dari nama Janus, seorang dewa dari mitologi Romawi bercampur Yunani. Janus memiliki kemampuan untuk melihat masa lalu dan masa depan, sebuah hadiah dari Dewa Saturnus. Akibat bakat ini, ia digambarkan bermuka dua, masing-masing melihat ke arah belakang dan ke depan.

Tugas utama Janus adalah menjaga awal dan akhir waktu, sering dianggap juga sebagai simbol perubahan dan transisi antara satu kondisi ke kondisi lainnya, satu rupa ke rupa lainnya, atau gambaran pertumbuhan dari segala hal yang baru, bahkan dari suatu sistem semesta ke semesta lainnya.

Keberadaannya selalu secara positif memunculkan perasaan mengakhiri sesuatu sekaligus memulai sesuatu lainnya secara bersamaan.

Biarpun hanya bagian dari mitos, pilihan penamaan bulan ini ternyata bisa saja cocok dengan situasi hidup sehari-hari. Belakangan, keliatannya makin banyak saja kejadian yang menarik diri supaya meninggalkan dan menyelesaikan hal-hal lama, lantas bergerak memulai dengan hal-hal baru yang penuh keajaiban. Semuanya seperti membawa diri masuk lebih jauh dalam dunia dongeng.

Belum genap satu purnama, sudah mulai bertemu dengan manusia-manusia berwajah banyak, orang-orang dengan alter ego yang berbeda-beda, senyum-raut penuh maut bak medusa, dengan lidah-lidah penuh bunga yang sekejap bisa berubah jadi mercon.

Ironisnya, semua berdalih, untuk secara positif, menyelesaikan masalah lama dengan solusi yang baru. Menuntaskan konflik-konflik lalu dengan kesepakatan-kompromi baru.
Babak belur dan simpang-siur, asyik mengasapi huru-hara, sembari sibuk bergerilya di wilayah perang masing-masing. Menjadikan batas kebenaran dan kekeliruan keruh, sekabur fakta dan kebohongan. Akhirnya malah jadi tontonan menarik, yang secara tragis menelanjangi segala tabiat, kedok dan motif diri.

Bercermin kembali pada sang Janus, tepat juga bila hal-hal ini terjadi hanya pada awal tahun, cukup untuk berada pada posisi untuk diakhiri, untuk menjadi pijakan mengawali dan mengisi sisa waktu ke depan. Meskipun seringkali berada di posisi terpinggirkan, untunglah masih bisa penuh rasa, berdiri menyaksikan kekusutan arus yang mengalir di hadapan. Menyadari diri selalu bercacat tak sempurna, ternyata semakin membuka mata, masih jauh jalan, masih banyak tugas yang belum terselesaikan.



Hidup...
penuh sungguh,
tak terkatakan

Selasa, 11 Januari 2011

Broken things

Broken clouds give rain
Broken soil grows grain
Broken bread feeds man for one more day
Broken storms yield light
Break of day heals night
Broken pride turns blindness into sight
Broken souls that need His mending
Broken hearts for offering
Could it be that God loves broken things?

(Kenneth Cope)

I found these enlightening words this morning and have been thinking of them 'til now. I keep smiling whole day, remember how I should live with many inhospitable situations, have to deal with unfriendly people and live with so many self-imperfections. I always let myself to be broken many times and never stop asking for being repaired all the time. Now I know, why I need those experiences a lot....













Hope I will never loose my sunrise again...
Anyway, where is my Restart button...????

Senin, 10 Januari 2011

First Step

Seringkali kita tidak menyadari bahwa kita bernyawa, hingga terbentur kenyataan, yang memaksa kita harus berani memilih, antara merasa terluka, menderita kegilaan, mengalami kematian, atau bahkan ketiganya sekaligus, untuk bisa tetap hidup.
Ketika waktu itu datang,
setiap tarikan nafas sungguh menyakitkan, mengalirkan racun yang membekukan tubuh, setiap bayangan muncul sebagai mimpi buruk, menjeritkan kekelaman yang tak berujung.

Inilah saatnya,
langit di atas kepalamu runtuh
dan bumi di bawah kakimu berguguran,
masih ingatkah ke mana kau akan menuju?


Itulah saatnya,
bahkan kekuatanNya pun
tak mampu menemukan Tempat kembali
selain menuntun jiwa untuk berputar,
terbang mencapai akhir, berhamburan,
kembali jernih dalam tetes embun semestaNya


Sampai saatnya...


Membersihkan otak, menyibak halimun di pikiran dan mencerahkan mata menyusuri jalan ke depan,
ternyata bukan sekedar belajar membalas, lantas melepaskan dan melupakan,
tapi justru lebih pada berjuang menyadari dan menerima,
berserah dan berdamai dengan tersesatnya hidup,
mencoba bernafas tanpa merasa perlu pulang lagi.













Detox*ON, still a lost-shadowless soul.
01-03.01.2011