Sabtu, 30 Januari 2010

Tak tertahankan



Hujan-badai gini memang enaknya dengerin lagu,
ketimbang main air di luar.
Soalnya, meski dijamin bisa dinginin otak dan hati,
tapi tetap aja bisa bikin isi tak tertanggungkan
dalam keduanya bakal mengalir juga ketambahan rasa yang lain.

Dingin, ngepas banget

Jumat, 22 Januari 2010

Nyadar

GILA I

Antara dua jaman
menderita dalam tawa
gila!
(220694)

GILA II

Meraung di jalan-jalan
mata menggarang
gila!
(230694)

GILA III

Topeng-topeng busuk!
Hati mengerak
gila!
(230694)


jangan pernah ikut gila
di jaman gila
di jaman orang gila
tidak pernah merasa gila
bahkan sibuk menggila-gilakan
orang tak gila
(masih dari Gladak juga, 130295)


















Buat yang masih megap-megap tapi bisa tetep datar-datar aja,
ini yang dibilang eksaserbasi akut sama mb' oma itu kali ya?
Wkwkwkwkwk


pict. complete sanzaru-3aymun.wordpress.com
(anticlockwise: Iwazaru, Kikazaru, Shizaru, Mizaru)

Minggu, 17 Januari 2010

Mencari udara

HIDUP I

Tanpa angin...
Tanpa air...
Gersang....
Takkan tumbuh bunga
Rumputpun tidak
Sepi...
(220594)

HIDUP II

Apalah dia
semakin kering
gurun dari gurun
punah semua....
(010694)

HIDUP III

Kemarau gurun
melayang segala air
tanpa pernah kembali
walau setetes...
gersang...
(070694)

HIDUP IV

Melayang di ruang hampa
hampir mati
tiada peduli!
air....
(230694)

HIDUP V

Badai gurun usai
sunyi meraja
kemaraupun menyurut
entah esok hari...
(240694)

HIDUP VI

Rumput tumbuh
padang menghijau
angin perlahan
berhembus sunyi
tanpa gerak...
(300694)

HIDUP VII

Padang tetap padang
kuncup bunga kan tumbuh
pasti indah
sungai akan terus mengalir
membelah padang hijau
telah berubah semua
hidup....berakhir...
(300694)

Aliran hati,
berangkat dari mata air derita,
berakit menuju pantai harapan...
(Gladak, 130295)





















Geliat kegelisahan yang sama,
Sang Udara, pencarian tak berujung


pict. currencyforthelongterm.wordpress.com

Imut

Sore ini, waktu proyek beresin glasshouse tahap I akhirnya selesai juga, sementara badan masih capek, dekil di sana-sini, basah keringat dan air keran, lari sipat-kuping menuju halte bis yang sunyi seperti kuburan tuwa, dan berakhir ngos-ngosan, harap-harap cemas menunggu bis minggu sore yang berjadwal gak jelas.... Ahhhh ada burung kecil yang tiba-tiba hinggap di rerumputan samping halte. Jelas ini burung dewasa, meski hemat di ukuran...
Diam-diam ngeluarin kamera, tangan gemetar dikuat-kuatin jadi tripod, dan klik, dapat beberapa jepretan.
















Masih bengong, sang burung memanggil temannya, dan duhai...betapa sulitnya maksain kamera untuk fokus ke obyek mungil yang terus bergerak, sibuk berpindah dan mematuk-matuk rumput. Blur...blur...blur...
















Liat burung-burung cuek nan imut-imut ini, anehnya, rasanya nenangin, meski akhirnya harus ngoleksi omelan supir bus yang sama, sampai dua kali, pp....hehehe, tak apalah, paling tidak sudah bantu ringanin perasaannya yang kesepian kekurangan penumpang :D














Si lucu ini ternyata masih bersaudara dengan burung pipit, bernama bule Double-barred Finch Taenopygia bichenovii, berwajah khas seperti burung hantu, dengan garis-garis hitam membingkai wajah putihnya, mengesankan kerah rapi di atas perut montoknya, lengkap dengan paruh abu-abu lembut, sayap burik dan buntut hitam. Tidak lebih besar dari ukuran kamera yang dipakai memotretnya, efek si unyil ini untuk memori file The Cryptic boleh juga....


Terima kasih, Tuhan
untuk setiap berkat kecilmu hari ini,
apapun itu.

Sabtu, 16 Januari 2010

Curhat buat sahabat


















Sahabatku, usai tawa ini
Izinkan aku bercerita:

Telah jauh, ku mendaki
Sesak udara di atas puncak khayalan
Jangan sampai kau di sana....

Telah jauh, ku terjatuh
Pedihnya luka di dasar jurang kecewa
Dan kini sampailah, aku di sini...

Yang cuma ingin diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air di tangannya,
kala kuterbaring... sakit
Yang sudi dekat, mendekap tanganku
Mencari teduhnya dalam mataku
Dan berbisik,
"Pandang aku, kau tak sendiri, oh dewiku..."

Dan demi Tuhan, hanya itulah yang
Itu saja kuinginkan

Telah lama, kumenanti
Satu malam sunyi untuk kuakhiri
Dan usai tangis ini, aku kan berjanji...

Untuk diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air di tangannya,
kala kuterbaring... sakit
Menentang malam, tanpa bimbang lagi
Demi satu dewi yang lelah bermimpi
Dan berbisik
"Selamat tidur, tak perlu bermimpi bersamaku..."

Wahai Tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi.



Bait-bait yang tak habis buatku jatuh hati
dari (cerpen)novel-(lagu)album Recto Verso - Dewi Lestari

Bersahabat dengan cinta,
sungguh
damai dan bersahaja.

Jumat, 15 Januari 2010

PELAYARAN USAI

usai sudah pelayaran
yang pelabuhan tujuannya
dermaga dan pantainya

tertambat sudah tali dan jangkar
merapat dalam sebuah tonggak
batang kering di tengah laut

kiranya dapat menahannya
sambil terlihat bayang nyata pelabuhan
yang tidak tercapai oleh para pelaut
cukup dari sebuah jarak
hanya dapat menatap

usailah sudah sebuah ombak
menunggu dan bertaut


















Satu mimpi usang milik Sang Udara
rindu menjadi kosong,
melayang tanpa bobot,
pulang kembali
ke rengkuhan Jiwa Dunia

Pojok Gladak-Ska, 040894

Rabu, 13 Januari 2010

Ingat

Tidak terasa, pas hari ini,
persis setahun sudah kaki ini nginjek tanah Down Under,
mengisap udara kering benua yang dijejaki kangguru dan kasuari,
menatapi kelupas pohon-pohon Eucalyptus yang digelayuti koala,
dan mencicipi air sungai yang direnangi buaya dan platypus....
tak terhitung jumlah air mata, tawa, cemberut, senyum lewat,
kuliah, praktikum, tutorial, fieldtrip, assignments, exams
bertubi-tubi sampai lupa dunia, pontang-panting terbirit-birit
demam panas dingin, keringat berbutir jagung,
sampai badan tegang melayang
menghidupkan mimpi, memang benar-benar penuh warna...

Semuanya baru muncul jelas di benak,
saat hari-hari terakhir ini
kebagian mengantar teman-teman yang baru tiba di sini,
mahasiswa baru penuh energi,
meluap-luap berondongan pertanyaan,
"apa ini...?" "apa itu...?"
"mengapa begini...?" "mengapa begitu...?"
"kok bisa...?" "bukannya...?"
menjadikan dusun kecil ini
seperti medan perang yang harus ditaklukkan,
bersenjatakan mata penuh ingin tahu,
otot kaki yang seliat karet,
mengukur jalan seakan menyisir taburan ranjau darat,
tak sempat istirahat,
apalagi saat tertembak rudal terbesar...
godaan belanja....mauuut...

Siang ini, duduk melepas penat sambil merekam dan menunggu
cuma bisa tersenyum dan teringat,
setahun yang lalu keliatannya juga bertingkah sama:)















Sabar, kedua gadis kecil ini asyik sendiri di luar toko menanti ibunya berbelanja














Warna-warni di pelataran salah satu toko favorit, menjual barang murah dan berlabel bangsa sendiri.













Menunggu keputusan, masih mau belanja? yang mana? pulang? atau?













Mengantri, melihat, sambil menimbang-nimbang.











Mencuri foto dari sudut di depan toserba kelontong, kecapekan dan menonton orang lewat.


Untuk semua yang dulu bernasib sama dengan saya sekarang,
terima kasih tidak ada habis-habisnya.
Sudah setahun, dan saya masih punya banyak mimpi
ingin seperti mereka yang sekarang :)

Minggu, 10 Januari 2010

Diamante II














kembali
seperti firasat
sebuah awal datang,
untuk akhir yang lain
ataukah suatu akhir,
selalu menjadi
awal yang lain
menyapa…














duduk
di tepi senja
tatap hati-hati
yakinkan langkah
pastikan arah
seakan lelah
bertanya…














berkaca
tak habis sangsi
akhiri hari penuh peluh,
awali hari penuh sejuk
lari tinggalkan siang,
berkejaran malam,
menantikan fajar,
melembut
pasrah.














Seri Kau-Aku-Kita
Merasakah?

Rabu, 06 Januari 2010

RINDU

Mungkin benar juga, perasaan membutuhkan sesuatu seringkali begitu kuat datang, justru saat yang dibutuhkan itu tidak tampak jelas, tidak ada di hadapan kita dan jauh dari jangkauan. Atau, meskipun ada, dekat, menempel di depan mata, masih berbeda nilai rasa, hingga tetap terasa kurang, dan kembali mengingatkan kita akan kebutuhan yang kurang itu.

Berhari, berbulan dan bertahun rentang waktu berlalu atau dinanti, dan betapapun rentang jarak tempat antara kita dengan yang dibutuhkan, bisa dirasa begitu menyiksa, merubah kita, memaksa menyalakan sumbu jiwa yang memancing pencarian tak berujung, atau bahkan mendesak kita untuk menyerah terpanggang penderitaan kosong tak terobati.

Tak berbilang sudah jumlah para pemimpi, pengembara dan penjelajah yang berkelana tersiksa hatinya sendiri, lalu dengan penuh sadar atau setengah linglung memerintah isi kepalanya untuk berjalan sesuai nalurinya itu. Separuh dunia mungkin saja dijejaki, lebih dari separuh usia mungkin saja ditempuh, untuk kemudian kembali ke pintu rumah yang sama, pulang ke sudut paling sederhana benak kita sendiri, untuk menemukan titik keindahan dari jawaban impian usang kita yang paling dalam.

Perasaan merindu, menginginkan, memimpi-mimpikan, bukan melulu urusan hati yang melibatkan sosok-sosok pencinta atau otak yang sering semrawut dan kusut dengan segala macam hal, kekuatannya bahkan mampu menjajah perut, wilayah pengolah tenaga ke seluruh organ lain. Bagaimanapun bentuk kontemplasinya, hanya dengan membuka mata untuk apa yang ada di keseharian, ternyata mampu menyiratkan keserupaan menyolok untuk satu rasa yang sama.














Spaghetti sarden kalengan bertabur parmesan, anggap saja mie panjang umur made in Maknyak tersayang, meski panjang "mie" yang ini sudah standard, karena dipotong seragam :D














Sushi n curry puff left-over dari kulkas, dicocok-cocokin aja dengan alpukat bermadu n nenas dingin, di detik-detik terakhir berkhayal isi tudung saji di rumah, sebelum pingsan kelaparan sehabis kerja...














Yang ini, menu dengan kekuatan sihir homesick paling kuat, kalau lapar tidak mengamuk, pasti acara makan sudah penuh air mata...tempe goreng seharga ayam sekilo, bayam merah beserta sambal kecap.... Ah!

Buset....gimanapun dibelokin, semua kok akhirnya selalu menuju ke satu arah...

Minggu, 03 Januari 2010

Tamu-tamu kecil

Hujan, untukku, selalu menjadi momen yang melukiskan cinta;
bukan saja karena ada pelangi di ujungnya,
atau ada mendung di awalnya,
atau ada jutaan butiran air berbagai ukuran di dalamnya,
tapi juga karena ada hawa perubahan yang dibawanya.

Dan benar saja, belum sampai sepuluh hari dusun ini diguyur hujan, sudah ada yang mulai berubah di sana-sini.
Kemarin, seusai bekerja, badan kuyup oleh keringat, kepala kesetrum migren berat, tetap memaksakan diri menginspeksi halaman belakang; sebuah ritual lama yang sudah mulai ditinggalkan, sejak tak ada lagi keharusan menyiram pot-pot tanaman bumbu dan petak penuh rumput kering, setelah semua lenyap disapu badai musim panas.
Segar rasanya menatap dedaunan hijau menguasai sebidang tanah yang awalnya kerontang tak bernyawa. Rumput segala model menggulma cepat, panjang-panjang, berkilat, berantakan di sela-sela pendahulunya yang mati, menantang mata pisau mesin babat yang masih ngadat karena rusak onderdilnya.

Lalu, plop!
Beberapa alien bermunculan di sela-sela rumput menggila itu.































Jamur, cendawan, fungi...seperti adonan roti salah resep, numplek membulat seenaknya, atau kuning kecil dan malu-malu menutup tudungnya, dan yang lainnya mekar sembunyi-sembunyi dengan gerigi rumah sporanya.


















Entah yang manapun, yang jelas, perjuangan memotret tamu-tamu kecil ini sambil bergulingan di rerumputan yang belia dan lembut, membuatku semakin mencintai hujan.


Teramat lagi, merindukan pelangi

Jumat, 01 Januari 2010

0101-10

Sempat kehilangan semangat, sewaktu hujan menandai sebagian besar hari kemarin, hari terakhir di tahun yang lalu. Dingin dan basah ikut menemani sampai di ujung-ujung lantai rumah kaca, yang mulai menjadi sahabat di beberapa waktu terakhir ini. Meragu, mungkinkah bakal jadi malam kelabu lagi, sama seperti malam-malam penuh badai musim panas lainnya...














Belum cukup, masih ditambah lampu padam hingga gelap, nganggur, duduk di halaman dan jadi penonton pergantian trafo di gardu depan rumah. Langit mulai bersih, bulan masih malu-malu, tapi rasa pasrah sudah menyebar, mungkin yang berpendar-pendar di televisi bakal lebih indah....














Jreeeeennnng..... seperti biasa di injury time, bisa tersenyum-senyum sendiri, di bibir pantai The Strand, mengatur posisi masing-masing di atas batu, di hamparan rumput berembun, penuh angin dan gerimis....














Kembang api!!!!!














Bingung mau merhatiin yang asli, mau nekan tombol kamera, atau ngatur tripod kecil penuh kelereng plastik, yah malam tahun baru penuh cahaya, gak mau tau diri dengan tangan dan kemampuan amatir, tetap maksain niat gak tau malu untuk menjadi pro....














Satu yang penting, mungkin harus selalu berkeinginan seperti seorang anak kecil, percaya bahwa sesuatu bakal diperoleh, bagaimanapun caranya, dan menyerah dengan tenang hingga semuanya didapatkan.














Gambar sesuai urutan:
Yang terbuka dan berkelambu, mahluk-mahluk paling penting dalam rumah kaca kampus;
Yang dikejar waktu dan ditunggu penuh sabar, tim ergon energy yang kebagian lembur;
Yang lain-lain, yang bikin hari ini lebih berbeda karena gak disangka, bisa juga akhirnya.

Makasih berat untuk Mb'Dian Latifah & Conni Sidabalok, dan yang pasti untuk seorang pengejar kelip cahaya kembang api nun jauh di sana, ingat kwacinya yaaaa...:D


Ini sudah pagi lagi,
dan ada banyak pengharapan,
semua yang ada di hadapan
akan selalu lebih baik dari yang sudah lalu
Amin.


Selamat tahun baru