Sabtu, 12 Desember 2009

Ternyata sama saja

Perasaan khawatir akan kehilangan sesuatu ternyata tidak selalu dimonopoli mahluk yang bernama manusia. Satu pengalaman sederhana pagi ini sukses membuka mata, menunjukkan ada juga yang bertingkah serupa meski dengan kadar sedikit berbeda.

Sepulang dari kampus, masih kuyup oleh keringat, di tengah angin panas kering, sepeda butut kembali melintas di bawah beringin peneduh, persis di perempatan kompleks Riverway. Kresh...., tanpa peringatan, seekor Australian magpie terbang rendah dan menyerbu helm metalik di atas kepala. Aih, ini kali kedua sudah disambar burung yang biasanya cuek ini, dan benar-benar di kepala. Cerdasnya, yang pertama terjadi sewaktu berangkat, dan keputusan untuk mengganti rute pulang kelupaan akibat otak sudah meleleh kepanasan. Timbul pertanyaan, kenapa ya? Apa helm biru ini bentuknya berubah seperti makanan mereka kalo pagi-pagi begini? Atau ada sesuatu yang membuat sang magpie berubah jadi galak?



Sepasang Australian magpie Gymnorhina tibicen

Keinginan kuat untuk berbalik dan mengamati jadi urung dilakukan, bisa saja yang diserang sekarang wilayah wajah dan sekitarnya, sebelum fakta sesungguhnya terungkap.
Sepanjang jalan berusaha mengingat-ingat, apa yang seharusnya terjadi dalam rentang waktu ini, musim apakah ini, dengan begitu banyak pohon sedang berbunga dan berbuah, ini musim yang tepat untuk berbiak!!! Cling! Mungkin saja si burung berubah lebih sensitif karena berjuang mempertahankan teritori, pasangan atau bahkan anak-anaknya di sarang, persis di dalam beringin di tepi jalan tadi. Lantas bergerak berdasarkan insting, menyerang apa saja yang berpotensi mengancam, menyaingi, atau mungkin menimbulkan hilangnya sesuatu yang dijaga. Ah naluri, ternyata mampu menampakkan kecemburuannya begitu buta dan telanjang pada mahluk sesederhana dan sebiasa magpie. Lalu begitu telak menterjemahkan sesuatu ke dalam lelehan benakku....

Jadi kembali berpikir, bukankah akan lebih wajar bila manusia yang lebih kompleks, punya hati dan perasaan, juga memiliki kesempatan mengungkapkan emosinya dengan respon serupa? Apalagi bila kadarnya sudah mencapai batas untuk meluap?

Ini hati, adaaaaa saja......

Tidak ada komentar:

Kisah Kita

Bernafas, namun tak berasa hidup. Berjiwa, namun berasa tak bernyawa. Menjalani hari hanya menghitung tiap menit, berusaha melupakan bahwa...